RENCANA BISNIS
PRAKTEK AGRIBISNIS III
Kerupuk Sagu
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan sumber daya alam yang menopang
kehidupan masyarakatnya, mulai dari kekayaan bahari hingga kekayaan hutan yang
tak terbendung banyaknya. Persoalaan yang muncul hanyalah pada sumber daya
pengelolaan kekayaan tersebut hingga menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Salah satu dari kekayaan
hutan Indonesia yang cukup signifikan yakni tanaman sagu (Metroxylon).
Sebab, dari total area hutan sagu di dunia, Indonesia memiliki satu juta hektar
hutan sagu yang tersebar di beberapa provinsi atau menguasai 51.3% hutan sagu
di dunia. Sebaran lahan pohon sagu terbesar di Indonesia terdapat di beberapa
wilayah yaitu Papua, Maluku, Riau, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Potensi sagu (Metroxylon)
sebagai sumber bahan pangan dan bahan
industri telah disadari sejak tahun 1970-an, namun sampai
sekarang pengembangan tanaman sagu di
Indonesia masih jalan di tempat. Sagu merupakan tanaman
asli Indonesia. Pati sagu merupakan makanan pokok penduduk asli Maluku dan
Papua, terutama yang bermukim di daerah dataran rendah. Di masa depan, tepung
sagu akan banyak digunakan untuk keperluan industri, antara lain sebagai bahan
pembuatan roti, mi, kue, kerupuk, sirup berfruktosa tinggi, bahan perekat, dan
plastik mudah terurai secara alami (biodegradable). Pati sagu juga
digunakan dalam industri obat-obatan, kosmetik, kertas, etanol, dan tekstil.
Sementara itu, limbah pengolahan sagu dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Salah satu produk yg bisa dibuat dari tepung sagu
adalah kerupuk sagu. Kerupuk sagu adalah makanan ringan
yang dibuat dari adonan
tepung sagu. Makan nasi tanpa kerupuk rasanya kurang lengkap. Begitu kata
sebagia orang. Mungkin Anda salah satu darinya. Memang kerupuk menjadi salah
satu hal wajib bagi sebagian orang saat makan. Kerupuk menjadi makanan
pelengkap keseharian sebagian masyarakat Indonesia.
1.2.
Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan usaha kerupuk sagu ini adalah :
1.
Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Melakukan kegiatan kewirausahaan (agribisnis) yang
memberikan nilai tambah terhadap hasil-hasil primer pertanian.
2.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Mahasiswa mampu membuat rencana bisnis (Bisnis Plan)
b. Mahasiswa mampu memberikan nilai tambah terhadap hasil-hasil primer
pertanian.
c. Mahasiswa mampu memasarkan produk-produk yang dihasilkan.
d. Mahasiswa mampu membuat evaluasi dan pelaporan kinerja bisnisnya.
1.3. Manfaat
Manfaat usaha kerupuk sagu ini adalah
sebagai berikut:
1.
Mengembangkan kemampuan berkreatifitas
dalam menangkap peluang bisnis.
2.
Meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan dalam berwirausaha bagi mahasiswa.
3.
Peningkatan pendapatan bagi mahasiswa
sebagai peluang usaha yang baru.
4.
Terciptanya produk kerupuk sagu yang
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.
II.
KONSEP PENJUALAN
2.1
Pengertian
Konsep Penjulan
Penjualan adalah suatu
usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada
usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pemebeli, guna mendapatkan penjualan
yang menghasilkan laba (Marwan,
1991). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari
penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang
diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil
produk yang dihasikan. Menurut Winardi (1982), penjualan adalah suatu transfer
hak atas benda-benda. Dari penjelasan tersebut dalam memindahkan atau
mentransfer barang dan jasa diperlukan orang-orang yang bekerja dibidang
penjualan seperti pelaksnaan dagang, agen, wakil pelayanan dan wakil pemasaran.
Konsep Penjualan menfokuskan pada
kebutuhan penjual. Karena itu penjualan
sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah
produk/jasanya menjadi cash
atau uang kontan.
Konsep
menjual menyatakan bahwa konsumen, jika diabaikan, biasanya tidak akan membeli
produk orgainisasi dalam jumlah yang cukup. Karena itu, organisasi harus
melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini mengasumsikan
bahwa konsumen malas atau enggan melakukan pembelian dan untuk itu harus
didorong. Juga diasumsikan bahwa perusahaan memiliki cara penjualan dan
peralatan promosi yang efektif untuk merangsang lebih banyak pembelian. Kebanyakan
perusahaan menganut konsep menjual ini jika mereka kelebihan kapasitas. Tujuan
mereka adalah menjual apa yang mereka hasilkan, bukannya membuat apa yang pasar
inginkan.
2.2 Konsep
Penjualan Kerupuk Sagu
2.2.1
Gambaran
Umum Pasar
Jenis produk yang
dipasarkan
Produk
berupa makanan ringan dibuat sedemikian rupa sehingga bisa memuaskan pelanggan
dan menarik simpati bagi calon pembeli. Kami mengembangkan produk ini berbeda,
yaitu dibuat dari tepung sagu.
2.2.2 Jumlah Permintaan
Terhadap Produk
Sasaran Pembeli adalah Mahasiswa dan Masyarakat Umum. Di area kampus jumlah
terbanyak adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan kalangan kaum muda yaang demam
makanan ringan maka permintaan barang akan selalu ada, bahkan dapat cenderung
meningkat untuk hari-hari tertentu misalnya untuk malam minggu, hari minggu,
ataupun hari libur.
2.2.3 Strategi Pemasaran Perusahaan
Uraian strategi Pemasaran yang dilakukan, meliputi :
a.
Produk
Mutu : Bagus
Ukuran : Sedang
Kemasan : Plastik
b.
Harga
Harga Satuan : Rp 2.000
Syarat Pembayaran : Tunai
c.
Potongan : Pemberian
diskon pada pembelian kerupuk dalam pembelian jumlah yang banyak.
d.
Jalur
Penjualan : Zero
Level Channel : dari produsen langsung ke
konsumen
Produsen
|
Konsumenn
|
Gambar
: Saluran Pemasaran Kerupuk Sagu
Saluran
ini tidak memiliki perantara, dikarenakan usaha kerupuk sagu ini “menjajakan”
produknya dengan cara membawa ke kampus sehingga konsumen bisa membeli nya
langsung ke produsen.
e.
Promosi :
1.
Promosi
penjualan
§ Mengikuti
pameran dengan mendirikan stand di UNRI EXPO
§ Pemberian
diskon pembelian kerupuk sagu dalam pembelian jumlah yang banyak
§ Promosi
langsung ke konsumen.
2. Jejaring
Sosial
Untuk
menyampaikan informasi seputar perkembangan dari produk terbaru maka produsen
akan menyampaikan informasi tersebut lewat jejaring sosial seperti Facebook dan
Twitter. Konsumen dapat melihat produk-produk yang tersedia diakun Facebook
yaitu “Tary Royanis Hariyen” dan di Twitter yaitu “royanis”.
Usaha ini dilakukan untuk mempermudah penjualan dari usaha burger ini.
2.3 Aspek
Produksi
2.3.1 Produk
1. Uraian ciri-ciri produk
a)
Produk bewarna keabu-abuan
b)
Ukuran
sedang
c)
Penyajiannya yang
menarik dibungkus dengan plastik transparan
d)
Harga relative murah.
e)
Menerapkan pelayanan 5S
( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun ).
f)
Memberikan potongan
harga untuk even-even tertentu atau untuk pembelian dalam jumlah yang banyak.
g)
Dapat menerima pesanan
dalam jumlah besar.
2.
Kegunaan Utama Produk
a)
Memberikan
kepuasaan bagi konsumen
b)
Mengenyangkan
konsumen.
III.
METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Kegiatan
proses pengolahan menjadi produk dan proses memasarkan produk dilakukan selama
11 minggu yaitu terhitung dari minggu 3 – 14 perkulihaan semester 5 tepatnya
pada bulan September – November 2011. Sedangkan tempat pembuatannya dikerjakan
di rumah dan tempat pemasarannya disekitar kampus.
3.2 Bahan dan
Alat
a. Bahan
á´¥ Kerupuk sagu mentah
á´¥ Minyak goreng
á´¥ Minyak tanah
b. Alat
á´¥ Kuali á´¥
Kompor
á´¥ Sendok penggoreng á´¥
Tirisan
á´¥ Plastik á´¥ Lilin dan Korek Api
á´¥ Baskom
3.3 Proses/ Tahapan Persiapan
a. Kerupuk sagu mentah dibeli dari produsen pembuat kerupuk
sagu di Taluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.
b. Kemudian dilakukan penjemuran sampai kerupuk benar-benar
kering supaya waktu penggorengan kerupuk sagu mengembang dan renyah.
c. Kerupuk mentah digoreng di dalam minyak goreng panas dalam keadaan terendam
pada suhu 170°C selama 10-20 detik sambil dibalik-balik.
d. Kemudian tiriskan di baskom agar minyaknya turun dan dinginkan
sekitar 15 menit.
e. Setelah kerupuk sagu benar-benar dingin, kerupuk sagu
siap untuk di packing yaitu dimasukkan kedalam plastik.
f. Kerupuk sagu siap untuk dipasarkan.
IV.
ANALISIS
USAHA
4.1 Analisis Usaha Kerupuk Sagu
4.1.1. Modal Awal / Biaya Tetap
No
|
Peralatan
|
Banyak
|
@
|
Jumlah
|
1
|
Kompor
|
1
|
Rp
120.000
|
Rp
120.000
|
2
|
Kuali
|
1
|
Rp
25.000
|
Rp
25.000
|
3
|
Sendok
Penggoreng
|
1
|
Rp
10.000
|
Rp
10.000
|
4
|
Tirisan
|
1
|
Rp
10.000
|
Rp
10.000
|
Total
Modal Awal / TFC
|
Rp
165.000
|
4.1.2. Biaya Penunjang / Biaya Variabel
No
|
Variabel
|
Banyak
|
@
|
Jumlah
|
1
|
Kerupuk
sagu kering
|
7
Kg
|
Rp
25.000
|
Rp
175.000
|
2
|
Minyak
goreng
|
3
Kg
|
Rp
11.000
|
Rp
33.000
|
3
|
Minyak
tanah
|
2
L
|
Rp
9.000
|
Rp
18.000
|
4
|
Plastik
|
2
ons
|
Rp
5.000
|
Rp
10.000
|
5
|
Lilin
|
1
batang
|
Rp
1.000
|
Rp
1.000
|
6
|
Korek
api
|
1
Kotak
|
Rp
500
|
Rp
500
|
7
|
Tenaga
Kerja
|
2
Orang
|
Rp
20.000
|
Rp
40.000
|
8
|
Label
kemasan
|
330
buah
|
Rp
50
|
Rp
16.500
|
Total
Biaya Variabel (TVC)
|
Rp
294.000
|
Total
Cost (TC) = TFC + TVC
=
165.500 + 294.000
= Rp 459.500
4.1.3. Total Revenue (TR)
Jumlah produksi (y) = 290 bungkus
Harga
/ bungkus (Py) = Rp 2.000
TR
= Py. y
= Rp 2.000 . 331
= Rp
580.000
4.2 Keuntungan
Keuntungan adalah
selisih antara Total Revenue dan Total Cost.
∏ =
TR – TC
= 580.000 - 459.500
= Rp 120.500
4.3 Return Cost Ratio (RCR)
Untuk
menguji tingkat keuntungan ekonomi suatu usaha dapat dilakukan dengan
perhitungan pendapatan bersih. Nilai yang positif berarti usaha tersebut
menguntungkan, dan sebaliknya nilai yang negatif berarti usaha tersebut rugi.
Kelayakan usaha dapat dinilai dengan menghitung RCR dengan kriteria sebagai
berikut:
1. RCR
> 1, usaha layak diusahakan (menguntungkan secara ekonomi)
2. RCR
= 1, usaha Break Even Point (BEP) atau pulang pokok
3. RCR
< 1, usaha tidak layak diusahakan (tidak menguntungkan)
Maka
RCR = TR/TC
= 580.000 / 459.500
= 1,26
Dengan
RCR > 1 maka usaha layak untuk dijalankan karena penerimaan lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan.
4.4 Break Event Point ( BEP )
BEP merupakan titik impas suatu usaha
atau titik balik modal (usaha tidak mengalami kerugian maupun keuntungan).
Untuk menghitung BEP suatu usaha, ada kriteria yang dapat digunakan, yaitu BEP
biaya produksi dan BEP harga produksi.
a. BEP
Produksi
BEP biaya
produksi merupakan perbandingan antara biaya produksi dengan harga produk. Bertujuan untuk mengetahui batas nilai produksi atau Volume produksi
suatu usaha mencapai titik impas (tidak
untung jg tidak rugi). Hasilnya dalam bentuk unit.
BEP PRODUKSI = TOTAL BIAYA/ HARGA PENJUALAN
=
Rp 459.500/Rp
2.000
= 229,75
unit
b.
BEP Harga
BEP biaya
produksi merupakan perbandingan antara biaya produksi dengan total produksi. Nilai bep harga harus < dari pada harga yang berlaku
saat ini. Hasilnya
dalam bentuk rupiah.
BEP HARGA = TOTAL BIAYA/TOTAL PRODUKSI
=
Rp 459.500/290 bungkus
=
Rp1.584,48
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kerupuk sagu merupakan makanan khas
Kabupaten KUANSING yang belum banyak beredar dipasaran dan belum banyak
masyarakat yang mengenalinya terutama di wilayah Pekanbaru. Untuk itu timbullah
ide untuk memasarkan kerupuk sagu di wilayah Pekanbaru. Diharapkan penjualan
produk kerupuk sagu dapat diterima dikalangan masyarakat mengingat bisnis ini
masih tergolong jarang ditemukan khususnya di kota Pekanbaru. Untuk
memperkenalkan kerupuk sagu ini diperlukan media promosi seperti pamflet,
penyebaran informasi dari mulut ke mulut, penjualan langsung ke pasar dan
lingkungan kampus. Sebuah inovasi baru dalam pengolahan sagu selain sebagai
bahan untuk pembuat roti, mie dan sebagainya, pembuatan kerupuk sagu merupakan
peluang usaha yang dapat dikembangkan masyarakat sebagai mata pencaharian.
Usaha ini akan lebih maju jika dari pihak-pihak terkait berpartisipasi untuk
mengembangkan dan terus melakuan suatu terobosan-terobosan untuk kearah
perbaikan dan kesempurnaan.
5.2 Saran
Kerupuk
sagu adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung sagu. Makan nasi tanpa kerupuk rasanya kurang lengkap. Begitu kata
sebagia orang. Mungkin Anda salah satu darinya. Memang kerupuk menjadi salah
satu hal wajib bagi sebagian orang saat makan. Kerupuk menjadi makanan
pelengkap keseharian sebagian masyarakat Indonesia.
Diharapkan adanya keseriusan dalam pelaksanaan
kegiatan bisnis kerupuk sagu ini. Selain itu jika bisnis ini dapat sukses dan
berkembang diharapkan mendapatkan tambahan pemberian dana sehingga bisnis
kerupuk sagu ini dapat merambah ke pasar yang lebih luas dan dapat berlangsung
hingga jangka panjang.