Rabu, 27 Juni 2012


RENCANA BISNIS
PRAKTEK AGRIBISNIS III
Kerupuk Sagu

I.                  PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan sumber daya alam yang menopang kehidupan masyarakatnya, mulai dari kekayaan bahari hingga kekayaan hutan yang tak terbendung banyaknya. Persoalaan yang muncul hanyalah pada sumber daya pengelolaan kekayaan tersebut hingga menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Salah satu dari kekayaan hutan Indonesia yang cukup signifikan yakni tanaman sagu (Metroxylon). Sebab, dari total area hutan sagu di dunia, Indonesia memiliki satu juta hektar hutan sagu yang tersebar di beberapa provinsi atau menguasai 51.3% hutan sagu di dunia. Sebaran lahan pohon sagu terbesar di Indonesia terdapat di beberapa wilayah yaitu Papua, Maluku, Riau, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Potensi sagu (Metroxylon) sebagai sumber bahan pangan dan bahan industri telah disadari sejak tahun 1970-an, namun sampai sekarang pengembangan tanaman sagu di Indonesia masih jalan di tempat. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia. Pati sagu merupakan makanan pokok penduduk asli Maluku dan Papua, terutama yang bermukim di daerah dataran rendah. Di masa depan, tepung sagu akan banyak digunakan untuk keperluan industri, antara lain sebagai bahan pembuatan roti, mi, kue, kerupuk, sirup berfruktosa tinggi, bahan perekat, dan plastik mudah terurai secara alami (biodegradable). Pati sagu juga digunakan dalam industri obat-obatan, kosmetik, kertas, etanol, dan tekstil. Sementara itu, limbah pengolahan sagu dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Salah satu produk yg bisa dibuat dari tepung sagu adalah kerupuk sagu. Kerupuk sagu adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung sagu. Makan nasi tanpa kerupuk rasanya kurang lengkap. Begitu kata sebagia orang. Mungkin Anda salah satu darinya. Memang kerupuk menjadi salah satu hal wajib bagi sebagian orang saat makan. Kerupuk menjadi makanan pelengkap keseharian sebagian masyarakat Indonesia.

1.2.        Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan usaha kerupuk sagu ini adalah :
1.        Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Melakukan kegiatan kewirausahaan (agribisnis) yang memberikan nilai tambah terhadap hasil-hasil primer pertanian.
2.        Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a.       Mahasiswa mampu membuat rencana bisnis (Bisnis Plan)
b.      Mahasiswa mampu memberikan nilai tambah terhadap hasil-hasil primer pertanian.
c.       Mahasiswa mampu memasarkan produk-produk yang dihasilkan.
d.      Mahasiswa mampu membuat evaluasi dan pelaporan kinerja bisnisnya.

1.3.      Manfaat
Manfaat usaha kerupuk sagu ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan kemampuan berkreatifitas dalam menangkap peluang bisnis.
2.      Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam berwirausaha bagi mahasiswa.
3.      Peningkatan pendapatan bagi mahasiswa sebagai peluang usaha yang baru.
4.      Terciptanya produk kerupuk sagu yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi.









II.          KONSEP PENJUALAN

2.1    Pengertian Konsep Penjulan
Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan  rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pemebeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan, 1991). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan. Menurut Winardi (1982), penjualan adalah suatu transfer hak atas benda-benda. Dari penjelasan tersebut dalam memindahkan atau mentransfer barang dan jasa diperlukan orang-orang yang bekerja dibidang penjualan seperti pelaksnaan dagang, agen, wakil pelayanan dan wakil pemasaran. Konsep Penjualan menfokuskan pada kebutuhan penjual. Karena itu penjualan sibuk  dengan  kebutuhan  penjual   untuk mengubah produk/jasanya  menjadi cash atau uang kontan.
Konsep menjual menyatakan bahwa konsumen, jika diabaikan, biasanya tidak akan membeli produk orgainisasi dalam jumlah yang cukup. Karena itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini mengasumsikan bahwa konsumen malas atau enggan melakukan pembelian dan untuk itu harus didorong. Juga diasumsikan bahwa perusahaan memiliki cara penjualan dan peralatan promosi yang efektif untuk merangsang lebih banyak pembelian. Kebanyakan perusahaan menganut konsep menjual ini jika mereka kelebihan kapasitas. Tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka hasilkan, bukannya membuat apa yang pasar inginkan.


2.2    Konsep Penjualan Kerupuk Sagu
2.2.1        Gambaran Umum Pasar
Jenis produk yang dipasarkan
Produk berupa makanan ringan dibuat sedemikian rupa sehingga bisa memuaskan pelanggan dan menarik simpati bagi calon pembeli. Kami mengembangkan produk ini berbeda, yaitu dibuat dari tepung sagu.
2.2.2    Jumlah Permintaan Terhadap Produk
Sasaran Pembeli adalah Mahasiswa dan Masyarakat Umum. Di area kampus jumlah terbanyak adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan kalangan kaum muda yaang demam makanan ringan maka permintaan barang akan selalu ada, bahkan dapat cenderung meningkat untuk hari-hari tertentu misalnya untuk malam minggu, hari minggu, ataupun hari libur.
2.2.3    Strategi Pemasaran Perusahaan
Uraian strategi Pemasaran yang dilakukan, meliputi :
a.       Produk
Mutu                           : Bagus
Ukuran                        : Sedang
Kemasan                     : Plastik
b.      Harga
Harga Satuan              : Rp 2.000
Syarat Pembayaran     : Tunai
c.       Potongan                     : Pemberian diskon pada pembelian kerupuk dalam pembelian jumlah yang banyak.

d.      Jalur Penjualan            : Zero Level Channel : dari produsen langsung ke
konsumen
  Produsen
Konsumenn
                                     

Gambar : Saluran Pemasaran Kerupuk Sagu
Saluran ini tidak memiliki perantara, dikarenakan usaha kerupuk sagu ini “menjajakan” produknya dengan cara membawa ke kampus sehingga konsumen bisa membeli nya langsung ke produsen.
e.       Promosi                       :
1.       Promosi penjualan
§  Mengikuti pameran dengan mendirikan stand di UNRI EXPO
§  Pemberian diskon pembelian kerupuk sagu dalam pembelian jumlah yang banyak
§  Promosi langsung ke konsumen.
2.      Jejaring Sosial
Untuk menyampaikan informasi seputar perkembangan dari produk terbaru maka produsen akan menyampaikan informasi tersebut lewat jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Konsumen dapat melihat produk-produk yang tersedia diakun Facebook yaitu “Tary Royanis Hariyen” dan di Twitter yaitu “royanis”. Usaha ini dilakukan untuk mempermudah penjualan dari usaha burger ini.
2.3 Aspek Produksi
2.3.1 Produk
1. Uraian ciri-ciri produk
a)      Produk bewarna keabu-abuan
b)      Ukuran sedang
c)      Penyajiannya yang menarik dibungkus dengan plastik transparan
d)     Harga relative murah.
e)      Menerapkan pelayanan 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun ).
f)       Memberikan potongan harga untuk even-even tertentu atau untuk pembelian dalam jumlah yang banyak.
g)      Dapat menerima pesanan dalam jumlah besar.
2. Kegunaan Utama Produk
a)      Memberikan kepuasaan bagi konsumen
b)      Mengenyangkan konsumen.

III.      METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan proses pengolahan menjadi produk dan proses memasarkan produk dilakukan selama 11 minggu yaitu terhitung dari minggu 3 – 14 perkulihaan semester 5 tepatnya pada bulan September – November 2011. Sedangkan tempat pembuatannya dikerjakan di rumah dan tempat pemasarannya disekitar kampus.
3.2 Bahan dan Alat
a.       Bahan
á´¥  Kerupuk sagu mentah
á´¥  Minyak goreng
á´¥  Minyak tanah
b.      Alat
á´¥  Kuali                                                     á´¥ Kompor
á´¥  Sendok penggoreng                              á´¥  Tirisan
á´¥  Plastik                                                   á´¥  Lilin dan Korek Api
á´¥  Baskom
3.3 Proses/ Tahapan Persiapan
a.       Kerupuk sagu mentah dibeli dari produsen pembuat kerupuk sagu di Taluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.
b.      Kemudian dilakukan penjemuran sampai kerupuk benar-benar kering supaya waktu penggorengan kerupuk sagu mengembang dan renyah.
c.       Kerupuk mentah digoreng di dalam minyak goreng panas dalam keadaan terendam pada suhu 170°C selama 10-20 detik sambil dibalik-balik.
d.      Kemudian tiriskan di baskom agar minyaknya turun dan dinginkan sekitar 15 menit.
e.       Setelah kerupuk sagu benar-benar dingin, kerupuk sagu siap untuk di packing yaitu dimasukkan kedalam plastik.
f.       Kerupuk sagu siap untuk dipasarkan.

IV.        ANALISIS USAHA
4.1  Analisis Usaha Kerupuk Sagu
4.1.1. Modal Awal / Biaya Tetap
No
Peralatan
Banyak
@
Jumlah
1
Kompor
1
Rp 120.000
Rp 120.000
2
Kuali
1
Rp 25.000
Rp 25.000
3
Sendok Penggoreng
1
Rp 10.000
Rp 10.000
4
Tirisan
1
Rp 10.000
Rp 10.000
Total Modal Awal / TFC
Rp 165.000
           
4.1.2. Biaya Penunjang / Biaya Variabel
No
Variabel
Banyak
@
Jumlah
1
Kerupuk sagu kering
7 Kg
Rp 25.000
Rp 175.000
2
Minyak goreng
3 Kg
Rp 11.000
Rp 33.000
3
Minyak tanah
2 L
Rp 9.000
Rp 18.000
4
Plastik
2 ons
Rp 5.000
Rp 10.000
5
Lilin
1 batang
Rp 1.000
Rp 1.000
6
Korek api
1 Kotak
Rp 500
Rp 500
7
Tenaga Kerja
2 Orang
Rp 20.000
Rp 40.000
8
Label kemasan
330 buah
Rp 50
Rp 16.500
Total Biaya Variabel (TVC)
Rp 294.000
Total Cost (TC)    = TFC + TVC
                                    =  165.500  + 294.000
= Rp 459.500
4.1.3. Total Revenue (TR)
Jumlah produksi (y) = 290 bungkus
Harga / bungkus (Py) = Rp 2.000
            TR = Py. y
                  = Rp 2.000 . 331
                  = Rp  580.000
4.2 Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara Total Revenue dan Total Cost.
            ∏ = TR – TC
            = 580.000 - 459.500
            = Rp 120.500
4.3 Return Cost Ratio (RCR)
Untuk menguji tingkat keuntungan ekonomi suatu usaha dapat dilakukan dengan perhitungan pendapatan bersih. Nilai yang positif berarti usaha tersebut menguntungkan, dan sebaliknya nilai yang negatif berarti usaha tersebut rugi. Kelayakan usaha dapat dinilai dengan menghitung RCR dengan kriteria sebagai berikut:
1.      RCR > 1, usaha layak diusahakan (menguntungkan secara ekonomi)
2.      RCR = 1, usaha Break Even Point (BEP) atau pulang pokok
3.      RCR < 1, usaha tidak layak diusahakan (tidak menguntungkan)
Maka RCR = TR/TC
                    = 580.000 / 459.500
                   = 1,26
Dengan RCR > 1 maka usaha layak untuk dijalankan karena penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
4.4 Break Event Point ( BEP )
BEP merupakan titik impas suatu usaha atau titik balik modal (usaha tidak mengalami kerugian maupun keuntungan). Untuk menghitung BEP suatu usaha, ada kriteria yang dapat digunakan, yaitu BEP biaya produksi dan BEP harga produksi.



a.    BEP Produksi
BEP biaya produksi merupakan perbandingan antara biaya produksi dengan harga produk. Bertujuan untuk mengetahui batas nilai produksi atau  Volume produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak untung jg tidak rugi). Hasilnya dalam bentuk unit.

BEP PRODUKSI         = TOTAL BIAYA/ HARGA PENJUALAN
                                                = Rp 459.500/Rp 2.000
                                       = 229,75 unit

b.    BEP Harga
BEP biaya produksi merupakan perbandingan antara biaya produksi dengan total produksi. Nilai bep harga harus < dari pada harga yang berlaku saat ini. Hasilnya dalam bentuk rupiah.


BEP HARGA   = TOTAL BIAYA/TOTAL PRODUKSI
                           = Rp 459.500/290 bungkus
                                    = Rp1.584,48












V.          PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kerupuk sagu merupakan makanan khas Kabupaten KUANSING yang belum banyak beredar dipasaran dan belum banyak masyarakat yang mengenalinya terutama di wilayah Pekanbaru. Untuk itu timbullah ide untuk memasarkan kerupuk sagu di wilayah Pekanbaru. Diharapkan penjualan produk kerupuk sagu dapat diterima dikalangan masyarakat mengingat bisnis ini masih tergolong jarang ditemukan khususnya di kota Pekanbaru. Untuk memperkenalkan kerupuk sagu ini diperlukan media promosi seperti pamflet, penyebaran informasi dari mulut ke mulut, penjualan langsung ke pasar dan lingkungan kampus. Sebuah inovasi baru dalam pengolahan sagu selain sebagai bahan untuk pembuat roti, mie dan sebagainya, pembuatan kerupuk sagu merupakan peluang usaha yang dapat dikembangkan masyarakat sebagai mata pencaharian. Usaha ini akan lebih maju jika dari pihak-pihak terkait berpartisipasi untuk mengembangkan dan terus melakuan suatu terobosan-terobosan untuk kearah perbaikan dan kesempurnaan.
5.2 Saran
Kerupuk sagu adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung sagu. Makan nasi tanpa kerupuk rasanya kurang lengkap. Begitu kata sebagia orang. Mungkin Anda salah satu darinya. Memang kerupuk menjadi salah satu hal wajib bagi sebagian orang saat makan. Kerupuk menjadi makanan pelengkap keseharian sebagian masyarakat Indonesia.
Diharapkan adanya keseriusan dalam pelaksanaan kegiatan bisnis kerupuk sagu ini. Selain itu jika bisnis ini dapat sukses dan berkembang diharapkan mendapatkan tambahan pemberian dana sehingga bisnis kerupuk sagu ini dapat merambah ke pasar yang lebih luas dan dapat berlangsung hingga jangka panjang.